TRIBUNNEWS.COM – Tidak membeda-bedakan siapapun saat melatih tim adalah prinsip yang dipegang pelatih timnas U-19 Indra Sjafri.
Jika seorang pemain memiliki kemampuan, meski berasal dari keluarga
sederhana, maka pemain itu berhak masuk tim. Ia tidak mengakomodasi
pemain titipan. Filosofi yang dianut rupanya sudah cukup lama terpatri.
Masih terngiang dalam benak Indra Sjafri bagaimana perasaan kecewanya saat masih tercatat sebagai pemain PSP Padang. Indra Sjafri dicoret dari seleksi timnas di Sumatera Barat tahun 1985.
Sistem pemilihan belum berdasarkan hasil pantauan pemandu bakat.
Pemain yang direkomendasikan rata-rata berasal dari orang yang
berhubungan baik dengan federasi atau pengurus cabang serta pengurus
provinsi PSSI.
"Dari situlah saya melihat ada sesuatu yang tidak beres. Bukan hanya
di sepak bola Indonesia. Dalam segala hal seperti mau jadi pegawai dan
semacamnya," kenang Indra.
Dan ketika mendapat kesempatan sebagai pelatih, Ia tidak ingin
pengalaman serupa dialami orang lain. Ia memiliki tekad untuk
memperbaiki sepak bola. Setidaknya, sudah ia tunjukkan dengan mekanisme
pemilihan pemain selama di timnas, mulai dari U-17, U-18, hingga U-19.
Indra Sjafri
berusaha sekuat mungkin untuk memilih pemain dengan cara yang jujur.
Menyaring pemain yang pantas untuk dipilih dengan standar prestasi.
Bayangan ini diharapkan bisa dilakukan oleh seluruh pembina sepak
bola Indonesia. Jika kebiasaan titip menitip pemain memudar, Indra
percaya sepak bola Indonesia bisa lebih berjaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar