Liputan6.com, Malang Bergabung dengan Timnas U-19 ibarat mimpi
bagi winger timnas U-19, Yabes Roni Mailaifani. Datang dari Kepulauan
Alor, Nusa Tenggara Timut (NTT), Yabes Roni kini menjelma jadi bintang
Garuda Jaya.
Nama Yabes Roni mulai dikenal publik secara luas di ajang Kualifikasi Piala Asia U-19 grup G , pada Oktober 2013. Pertandingan melawan Filipina menjadi titik balik perjuangan Yabes meretas mimpi sebagai pemain profesional. Masuk sebagai pemain pengganti pada menit 68, Yabes mencetak gol di laga debut tersebut.
Sejak saat itu, Yabes menjadi andalan Timnas U-19, bahkan dia dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan Timnas U-19 menghadapi Piala Asia U-19 2014. Sepakbola telah mendarah daging bagi pemuda kelahiran Moro, Alor, 6 Februari 1995 itu. Sebelum tenar seperti sekarang, dia merupakan pemain antarkampung (Tarkam) di Alor.
“Dari setiap pertandingan, saya mendapat Rp 200 ribu,” ungkapnya. “Sekarang, saat bergabung di Timnas U-19, saya bersyukur bisa mengirimkan uang untuk keluarga di Alor.”
Yabes pun menyadari, tekad kuat menjadi pesepakbola di bangun di tengah keterbatasan. Namun, itu bukan halangan baginya untuk terus memelihara mimpi menjadi pemain bintang.
Nama Yabes Roni mulai dikenal publik secara luas di ajang Kualifikasi Piala Asia U-19 grup G , pada Oktober 2013. Pertandingan melawan Filipina menjadi titik balik perjuangan Yabes meretas mimpi sebagai pemain profesional. Masuk sebagai pemain pengganti pada menit 68, Yabes mencetak gol di laga debut tersebut.
Sejak saat itu, Yabes menjadi andalan Timnas U-19, bahkan dia dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan Timnas U-19 menghadapi Piala Asia U-19 2014. Sepakbola telah mendarah daging bagi pemuda kelahiran Moro, Alor, 6 Februari 1995 itu. Sebelum tenar seperti sekarang, dia merupakan pemain antarkampung (Tarkam) di Alor.
“Dari setiap pertandingan, saya mendapat Rp 200 ribu,” ungkapnya. “Sekarang, saat bergabung di Timnas U-19, saya bersyukur bisa mengirimkan uang untuk keluarga di Alor.”
Yabes pun menyadari, tekad kuat menjadi pesepakbola di bangun di tengah keterbatasan. Namun, itu bukan halangan baginya untuk terus memelihara mimpi menjadi pemain bintang.
“Saya hanya berlatih dengan fasilitas dengan latihan seadanya. Dari
rumah ke lapangan, harus menempuh perjalanan 1 jam dan dua kali naik
angkot. Saya berlatih juga bukan di SSB, tapi juga di klub kampung.”
Siapa sangka,Yabes dulu tidak diizinkan sang Ibu, Sepriani Malaifani untuk mengikuti seleksi Timnas U-19. Pasalnya, dia merupakan anak laki-laki satu-satunya.
“Dua saudara saya perempuan semua. Karena itu, saya tidak boleh berangkat, tapi saya yakinkan kepada ibu, untuk mengikuti seleksi. Akhirnya, saya berangkat,” kata Yabes.
Yabes bersyukur,dari empat rekannya dari NTT, dia satu-satunya lolos seleksi di Yogyakarta dan mengikuti pemusatan latihan menghadapi Piala AFF U-19 di Sidoarjo, tahun lalu.
Siapa sangka,Yabes dulu tidak diizinkan sang Ibu, Sepriani Malaifani untuk mengikuti seleksi Timnas U-19. Pasalnya, dia merupakan anak laki-laki satu-satunya.
“Dua saudara saya perempuan semua. Karena itu, saya tidak boleh berangkat, tapi saya yakinkan kepada ibu, untuk mengikuti seleksi. Akhirnya, saya berangkat,” kata Yabes.
Yabes bersyukur,dari empat rekannya dari NTT, dia satu-satunya lolos seleksi di Yogyakarta dan mengikuti pemusatan latihan menghadapi Piala AFF U-19 di Sidoarjo, tahun lalu.
Namun, Indra justru tidak mencantumkan namanya dalam daftar pemain
di Piala AFF U-19. Tapi Yabes belum habis, dia dipanggil Indra untuk
Kualifikasi Piala Asia U-19 di Jakarta. Di situ, menjadi ajang
pembuktian, layak berkostum Merah Putih.
(Defri Saefullah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar