Sebuah peristiwa sederhana tapi penting bagi masa depan
Indonesia semalam, Selasa 25 Maret 2014, berlangsung di Hotel UNY
Karangmalang Yogyakarta. Pelatih Indra Syafri dan skuad Timnas U-19
berkesempatan berdialog dengan Cak Nun. Dalam konteks keindonesiaan, Cak
Nun adalah sosok yang sedari dulu dan hingga kini tetap konsisten
mengerjakan kesadaran akan kebesaran dan kebangkitan bangsa Indonesia
melalui pelbagai forum kerakyatan maupun melalui formula-formula problem solving
yang ditempuhnya ketika diminta bantuannya dalam memecahkan
persoalan-pesoalan riil yang berlangsung di masyarakat, seperti yang
belakangan dilakukannya dalam mendamaikan konflik sosial terkait
petambak Plasma di Tulangbawang Lampung. Sementara itu, di tengah
keluhan akan kikisnya nasionalisme Indonesia belakangan ini, serta di
tengah karut marut dan minimnya prestasi sepak bola Indonesia, Timnas
U-19 besutan Indra Syafri memberi harapan baru bagi kebangkitan
Indonesia melalui sepakbola.
Coach Indra Syafri sendiri sudah lama berharap dapat bertemu Cak Nun
agar berkenan memberikan motivasi bagi Evan Dimas dan kawan-kawan. Maka
usai ramah tamah yang juga dihadiri Ketua Umum PSSI DJohar Arifin itu,
Cak Nun diminta menyampaikan motivasi bagi skuad Timnas U-19 yang baru
saja selesai melakoni Tur Nusantara ini. Bagi Cak Nun sendiri sepakbola
bukan hal yang asing dan sudah menjadi bagian dari pengalaman hidupnya.
Saat usia belasan tahun, ia sudah menjadi pemain “bon-bonan” di beberapa
persatuan sepakbola di Jombang. Ketika produktif sebagai kolumnis di
media massa, salah satu yang langganan diulasnya adalah sepakbola, yaitu
ketika berlangsung Piala Dunia atau Piala Eropa di mana ulasan liar ala
Cak Nun ini sangat ditunggu-tunggu pecinta sepakbola di Indonesia.
Kepada pasukan timnas U-19 ini, Cak Nun menyampaikan kepada mereka
bahwa ada lima kemenangan yang dijanjikan kepada mereka. Tiga di
antaranya adalah kemenangan secara pengalaman karena mendapat tempaan
dari pelatih dan manajemen; kemenangan karena menjadi manusia terpilih
dari ribuan putra daerah yang ikut seleksi; dan kemenangan perbaikan
nasib dan rizki seluruh keluarga karena hasil baktinya kepada negara.
Merespons suntikan motivasi dari Cak Nun ini, Coach Indra Syafri sangat
antusias bahkan beberapa kali mencoba meminta anak-anak asuhnya untuk
menuturkan pengalaman keberhasilan yang sejauh ini sudah diraih termasuk
ketika berhasil mencetak gol, tetapi dengan rendah hati dan agak
malu-malu mereka menjawab bahwa itu adalah kerja tim dan bukan kerja
perseorangan.
Coach Indra Syafri juga menceritakan bahwa anak-anak Timnas U-19 ini
akan menunaikan ibadah umrah di Tanah Suci, dan untuk ini Cak Nun
berpesan agar ketika sudah tiba di sana dan mulai mengenakan pakaian
ikhrom agar diawali dengan shalat dua rakaat terlebih dahulu baru
kemudian memulai prosesi umrohnya. Kemudian ketika tiba saatnya thawaf
agar sesudahnya menyempatkan diri naik dan shalat, dan selanjutnya
mengambil al-Quran, memejamkan mata, baca bismillah, lalu buka
al-Quran-nya. Setelah membuka mata, catatlah surat dan ayat apa yang
terbuka, dan simpanlah. Ketika tiba di tanah air, carilah tafsirnya,
InsyaAllah di situlah terletak kunci hidup masing-masing person. Hal ini
pulalah yang dulu dilakukan Cak Nun ketika ibadah umroh di Tanah Suci
dan selalu surat al-Kahfi yang didapatnya ketika membuka al-Quran di
pelbagai tempat di sana. Bahkan jika memungkinkan, Cak Nun berpesan
kepada mereka agar sepulang umrah dapat berkumpul lagi seperti pertemuan
malam itu untuk bersama-sama mengulas apa yang mereka dapatkan dari
umroh tersebut.
Malam itu Cak Nun datang ke hotel UNY bersama Ibu Novia Kolopaking,
Sabrang “Noe Letto”, dan kedua putranya yaitu Jembar dan Rampak. Dalam
dialog yang penuh suasana kekeluargaan itu, tercetus gagasan bahwa lagu
“Hati Garuda” karya Noe Letto akan menjadi salah satu lagu wajib yang
didengarkan ketika Timnas bergerak dari hotel menuju stadion selain lagu
yang diciptakan suporter setia Timnas berjudul “Satu Jiwa” dan juga
tentunya lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.
Dalam dialog itu pula, salah satu tim pelatih menanyakan lebih jauh
saran Cak Nun agar anak-anak Timnas selalu konsentrasi dan fokus yakni
fokus untuk apa dan seperti apa, Cak Nun menceritakan bagaimana dirinya
banyak dijegal dan dikecewakan oleh Indonesia, tetapi Cak Nun tetap
fokus dengan membalasnya dengan ilmu dan cinta kepada Indonesia dan
masyarakat. “Jadi sesinis apapun tanggapan persatuan-persatuan sepakbola
lain yang “iri” dengan keberadaan dan kesuksesan sepak terjang Timnas
U-19 sejauh ini, tetaplah menendang bola dan jadi juara.” Itulah
sejumput jalan sunyi yang ditularkan Cak Nun kepada Timnas U-19 dalam
pertemuan sederhana malam itu di tengah hiruk pikuk politik Indonesia
yang lebih banyak diwarnai hasrat akan kuasa dan kekuasaan dan bukannya
kehendak bersama membangun sejatinya politik yang bermartabat. (Helmi M/Red Progress)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar