WARGA Lingga Provinsi
Kepulauan Riau (Kepri) mulai resah karena sudah sepekan ini kesulitan
mendapatkan minyak tanah. Apalagi, saat ini Lingga belum masuk program
konversi mitan ke gas elpiji 3 Kg. Sehingga warga sangat bergantung pada
mitan untuk memasak sehari-hari.
"Minyak tanah kosong. Gimana kami mau
masak untuk keluarga,” kata Samsiar sepulang dari kios minyak, seperti
dilansir Batam Pos (JPNN Grup), Senin (23/6) pagi.
Ibu rumah tangga ini mengaku sudah
keliling ke sejumlah kios mitan. Namun hasilnya sama, mitan tidak ada.
Akibatnya dia harus pulang dengan tangan kosong.
Pantauan wartawan ke sejumlah kios dan
kedai yang ada di Dabo Singkep, rata-rata memang tak memiliki stok mitan
lagi. Seperti kios-kios yang ada di wilayah Sekop, Dabo.
"Sudah seminggu minyak tanah kosong dan belum datang,” kata seorangpenjaga kios BBM di Sekop, Senin (23/6).
Menanggapi hal ini, Kepala Bidang
Pengawasan Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Lingga, Romy Subanu
mengatakan kelangkaan minyak tanah kali ini disebabkan pasokan yang
terlambat.
Kata dia, dalam satu bulan pasokan mitan
datang dua kali ke Lingga. Namun pasokan tahap kedua bulan ini belum
datang. "Mungkin dua atau tiga hari lagi baru sampai minyak tanah itu,"
kata Romy.
Romy mengatakan, jatah minyak tanah
untuk Kabupaten Lingga sebanyak 360 kilo liter (KL) setiap bulannya.
Jatah tersebut dikirim dua kali dalam sebulan.
Untuk mengatasi kelangkaan minyak tanah
ini, pihaknya berencana akan membentuk tim untuk mengontrol
pendistribusian serta peredaran minyak di masyarakat.
“Bisa saja kami membuat tim untuk memantau minyak tanah ini dan berkoodinasi dengan pihak hukum,” ujar Romy.
Ditanya tentang kebocoran minyak tanah
subsidi ke luar Lingga, Romy menjawab belum mengetahui hal ini. Namun
dia berjanji akan menelusuri kebenaran dari isu tersebut. "Nanti kami
akan cari tahu jika ada penyalahgunaan minyak tanah subsidi tersebut,"
ujar Romy.
Kondisi ini menuai beragam tanggapan
dari kalangan masyarakat. Mereka menilai Pemkab Lingga tidak peduli dan
tidak serius menangani masalah kelangkaan bahan bakar minyak di Lingga
yang terus terulang. Tidak hanya mitan, BBM jenis premium dan solar juga
kerap menjadi barang langka di Lingga.
Ketua Ormas Gema Lingga, Zuhardi menilai
Pemerintah Kabupaten Lingga lebih peduli terhadap hal-hal yang berbau
hiburan ketimbangn memperhatikan kesejahteran masyarakat.
“Seharusnya pemerintah lebih
mengutamakan kesejahteraan masyarakat dibandingkan membuat acara hiburan
yang menghabiskan biaya banyak,” gerutu Zuhardi.
Dia juga menyoroti kedatangan Timnas
U-19 ke Kabupaten Lingga. Menurut dia, masih banyak urusan menyangkut
kepenringan masyarakat yang harus diprioritaskan, khususnya masalah
pasokan BBM.
Ungkapan kekecewaan masyarakat ini juga
disampaikan dalam bentuk spanduk yang dipasang di sejumlah titik di
jalan protokol. Umumnya mereka menyoroti sikap pemerintah yang tak
peduli dengan masalah kelangkaan BBM, khususnya mitan.
Yuda, seorang warga Daik mengatakan,
seharusnya pemerintah Kabupaten Lingga lebih memikirkan kelangkaan
bensin dan mitan di Lingga ketimbang urusan lain. (**)(Jppn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar