Dwi Ary Setyadi/BOLANEWS
Harian Bola - Menjaga impian tampil di Piala Dunia U-20 2015 di Selandia
Baru. Sikap ini yang tecermin dari perbincangan saya dengan petinggi
PSSI dan Badan Tim Nasional beberapa waktu lalu.
Setahun
terakhir, pemberitaan tentang Evan Dimas dkk. yang membela tim nasional
Indonesia U-19 berhasil mengalahkan perhatian publik dari timnas senior
kita. Penampilan tim asuhan Indra Sjafri itu seolah menjadi pelepas
dahaga masyarakat yang menanti tunas-tunas harapan prestasi.
Indonesia
berhasil menjuarai Piala AFF U-19 2013 dan lolos ke putaran final
kejuaraan dengan level lebih tinggi, Piala AFC U-19 2014. Tak hanya itu,
cara mereka bermain diakui memperlihatkan perbedaan nyata dibandingkan
dengan timnas senior.
Saya
ikut larut dalam kegembiraan pencinta sepak bola Indonesia yang melihat
"warna" berbeda dari gaya bermain timnas selama ini.
Untuk
tim level junior, atraksi Garuda U-19 memang memikat. Saya melihat ada
kepercayaan diri yang tinggi dari para pemain, yang membuat mereka bisa
mengeluarkan hasil latihan dan bakat mengolah si kulit bundar.
Ketika
euforia timnas U-19 melanda media massa dan masyarakat sepak bola
Indonesia, petinggi PSSI dan BTN sontak sadar bahwa ada ancaman yang
mengganggu tujuan utama tim tersebut.
Ketua
BTN, La Nyalla Mahmud Matalitti, dengan tegas menyebut Piala Dunia U-20
2015 sebagai target yang ditetapkan bagi Garuda U-19. Sebuah kejuaraan
yang telah melahirkan banyak pesepak bola kelas dunia.
FIFA
U-20 World Cup atau disebut juga dengan FIFA World Youth Championship
adalah ajang bergengsi yang diperuntukkan bagi pesepak bola muda di
seluruh dunia.
Kejuaraan ini juga dianggap sebagai lahan paling tepat bagi pesepak bola muda yang ingin dilirik klub-klub kaya di dunia.
Saya beruntung pernah ditugaskan untuk meliput Piala Dunia U-20 saat Malaysia menjadi tuan rumah pada 1997.
Selain
tak kuasa menahan rasa cemburu karena negara tetangga ini dipercaya
menggelar hajatan bergengsi dan melihat stadion-stadion kelas dunia yang
mereka siapkan, saya juga menjadi saksi kemunculan Michael Owen, Jamie
Carragher, Damien Duff, Esteban Cambiasso, Walter Samuel, Juan Roman
Riquelme, David Trezeguet, Thierry Henry, hingga Shunsuke Nakamura.
***
Menyikapi
keseriusan petinggi BTN mempersiapkan Garuda junior ke Piala AFC U-19
2014 yang memperebutkan empat tiket ke FIFA U-20 World Cup di Selandia
Baru pada 10 Juni hingga 2 Juli 2015, saya membayangkan bagaimana
kehebohan pemberitaan tentang Evan Dimas dkk. di media massa nasional.
Ya,
saya mulai mereka-reka seperti apa suasananya bila Tim Garuda junior
yang telah membuat publik jatuh cinta berlaga di Piala Dunia U-20.
Tentu
catatan sejarah kejuaraan yang sama pada 1979 tak ingin terulang.
Ketika itu, Indonesia menjadi tim dengan pertahanan terlemah, kebobolan
16 gol di FIFA U-20 World Cup yang digelar di Jepang. Dari ajang ini
kita kemudian mengenal Diego Armando Maradona.
Selain
keputusan melindungi anggota timnas U-19 dari godaan komersial serta
publikasi berlebihan, petinggi BTN dan PSSI telah sepakat mengasah
kemampuan tim junior Indonesia itu dalam sebuah turnamen di Spanyol.
Pada
Februari 2014, secara resmi dipublikasikan bahwa Indonesia U-19 akan
diterjunkan di turnamen Cotif, sebuah ajang bergengsi yang telah berusia
30 tahun dan pernah diikuti pesepak bola sekelas Raul Gonzalez, Andriy
Shevchenko, hingga Daniel Alves.
Tapi,
angan-angan saya terganggu oleh sebuah berita pada Rabu (23/7) malam.
Walau tim sudah dipersiapkan dan visa Spanyol telah dikantongi,
tiba-tiba arena persiapan timnas U-19 dibelokkan ke Brunei, mewakili
Indonesia di Hassanal Bolkiah Trophy.
Dengan
berbagai alasan positif yang dimunculkan melalui media massa, tetap
saja keputusan PSSI itu dikaitkan dengan pertarungan hak siar dua
televisi nasional.
Seberapa
serius PSSI dan BTN melindungi dan mempersiapkan Garuda junior menuju
Piala AFC U-19 2014 demi sebuah tiket ke Piala Dunia U-20 tahun depan?
Salah
satu alasan mengirimkan timnas U-19 ke Brunei adalah karena di
pergelaran terakhir Indonesia menjadi runner-up. Dengan kata lain, beban
kepada Indra Sjafri adalah menjaga reputasi Indonesia di Hassanal
Bolkiah Trophy.
Aduh,
bukankah target puncak penampilan Evan Dimas dkk. tahun ini adalah di
Myanmar saat berjuang menjadi semifinalis Piala AFC U-19 demi tiket ke
Piala Dunia U-20?
Semoga
impian masyarakat Indonesia menyaksikan Tim Garuda berlaga di FIFA U-20
World Cup 2015 tak terganggu karena kebingungan yang menimpa para
pemain di tengah jalan.
Setahun terakhir, pemberitaan tentang Evan Dimas dkk. yang membela
tim nasional Indonesia U-19 berhasil mengalahkan perhatian publik dari
timnas senior kita. Penampilan tim asuhan Indra Sjafri itu seolah
menjadi pelepas dahaga masyarakat yang menanti tunas-tunas harapan
prestasi.
Indonesia berhasil menjuarai Piala AFF U-19 2013 dan lolos ke putaran
final kejuaraan dengan level lebih tinggi, Piala AFC U-19 2014. Tak
hanya itu, cara mereka bermain diakui memperlihatkan perbedaan nyata
dibandingkan dengan timnas senior.
Saya ikut larut dalam kegembiraan pencinta sepak bola Indonesia yang
melihat "warna" berbeda dari gaya bermain timnas selama ini.
Untuk tim level junior, atraksi Garuda U-19 memang memikat. Saya
melihat ada kepercayaan diri yang tinggi dari para pemain, yang membuat
mereka bisa mengeluarkan hasil latihan dan bakat mengolah si kulit
bundar.
Ketika euforia timnas U-19 melanda media massa dan masyarakat sepak
bola Indonesia, petinggi PSSI dan BTN sontak sadar bahwa ada ancaman
yang mengganggu tujuan utama tim tersebut.
Ketua BTN, La Nyalla Mahmud Matalitti, dengan tegas menyebut Piala
Dunia U-20 2015 sebagai target yang ditetapkan bagi Garuda U-19. Sebuah
kejuaraan yang telah melahirkan banyak pesepak bola kelas dunia.
FIFA U-20 World Cup atau disebut juga dengan FIFA World Youth
Championship adalah ajang bergengsi yang diperuntukkan bagi pesepak bola
muda di seluruh dunia.
Kejuaraan ini juga dianggap sebagai lahan paling tepat bagi pesepak bola muda yang ingin dilirik klub-klub kaya di dunia.
Saya beruntung pernah ditugaskan untuk meliput Piala Dunia U-20 saat Malaysia menjadi tuan rumah pada 1997.
Selain tak kuasa menahan rasa cemburu karena negara tetangga ini
dipercaya menggelar hajatan bergengsi dan melihat stadion-stadion kelas
dunia yang mereka siapkan, saya juga menjadi saksi kemunculan Michael
Owen, Jamie Carragher, Damien Duff, Esteban Cambiasso, Walter Samuel,
Juan Roman Riquelme, David Trezeguet, Thierry Henry, hingga Shunsuke
Nakamura.
***
Menyikapi keseriusan petinggi BTN mempersiapkan Garuda junior ke
Piala AFC U-19 2014 yang memperebutkan empat tiket ke FIFA U-20 World
Cup di Selandia Baru pada 10 Juni hingga 2 Juli 2015, saya membayangkan
bagaimana kehebohan pemberitaan tentang Evan Dimas dkk. di media massa
nasional.
Ya, saya mulai mereka-reka seperti apa suasananya bila Tim Garuda
junior yang telah membuat publik jatuh cinta berlaga di Piala Dunia
U-20.
Tentu catatan sejarah kejuaraan yang sama pada 1979 tak ingin
terulang. Ketika itu, Indonesia menjadi tim dengan pertahanan terlemah,
kebobolan 16 gol di FIFA U-20 World Cup yang digelar di Jepang. Dari
ajang ini kita kemudian mengenal Diego Armando Maradona.
Selain keputusan melindungi anggota timnas U-19 dari godaan komersial
serta publikasi berlebihan, petinggi BTN dan PSSI telah sepakat
mengasah kemampuan tim junior Indonesia itu dalam sebuah turnamen di
Spanyol.
Pada Februari 2014, secara resmi dipublikasikan bahwa Indonesia U-19
akan diterjunkan di turnamen Cotif, sebuah ajang bergengsi yang telah
berusia 30 tahun dan pernah diikuti pesepak bola sekelas Raul Gonzalez,
Andriy Shevchenko, hingga Daniel Alves.
Tapi, angan-angan saya terganggu oleh sebuah berita pada Rabu (23/7)
malam. Walau tim sudah dipersiapkan dan visa Spanyol telah dikantongi,
tiba-tiba arena persiapan timnas U-19 dibelokkan ke Brunei, mewakili
Indonesia di Hassanal Bolkiah Trophy.
Dengan berbagai alasan positif yang dimunculkan melalui media massa,
tetap saja keputusan PSSI itu dikaitkan dengan pertarungan hak siar dua
televisi nasional.
Seberapa serius PSSI dan BTN melindungi dan mempersiapkan Garuda
junior menuju Piala AFC U-19 2014 demi sebuah tiket ke Piala Dunia U-20
tahun depan?
Salah satu alasan mengirimkan timnas U-19 ke Brunei adalah karena di
pergelaran terakhir Indonesia menjadi runner-up. Dengan kata lain, beban
kepada Indra Sjafri adalah menjaga reputasi Indonesia di Hassanal
Bolkiah Trophy.
Aduh, bukankah target puncak penampilan Evan Dimas dkk.
tahun ini adalah di Myanmar saat berjuang menjadi semifinalis Piala AFC
U-19 demi tiket ke Piala Dunia U-20?
Semoga impian masyarakat Indonesia menyaksikan Tim Garuda berlaga di
FIFA U-20 World Cup 2015 tak terganggu karena kebingungan yang menimpa
para pemain di tengah jalan.
Penulis : Weshley Hutagalung
Sumber