Selasa, 19 Agustus 2014

FOKUS: Lima Hal Yang Harus Segera Dibenahi Timnas Indonesia U-19

antara

Goal.com - Timnas Indonesia U-19 bisa dibilang gagal total pada turnamen Hassanal Bolkiah Trophy 2014 di Brunei Darussalam. Bagaimana tidak, pada fase grup B mereka hanya bisa meraih satu kemenangan, tiga kali kalah, dan satu imbang.

Satu-satunya kemenangan diraih saat mengecundangi tim juru kunci Singapura U-21 dengan skor telak 6-0. Sementara hasil imbang didapatkan saat menghadapi Malaysia U-21 di laga perdana, skor 0-0.

Tiga kali kekalahan diderita skuat yang dilatih Indra Sjafri dialami saat melawan Brunei Darussalam U-21 (3-1), Vietnam U-19 (3-1), dan Kamboja U-21 (2-1).

Beberapa pembenahan harus segera dilakukan Indonesia U-19. Mengingat, mereka dipersiapkan untuk mengikuti Piala Asia U-19 2014 di Myanmar, Oktober nanti. Apalagi, target yang dibebankan sangat tinggi yaitu minimal lolos ke babak empat besar, sehingga otomatis mendapatkan tiket lolos ke Piala Dunia U-20 2015 di Selandia Baru.

Jika melihat capaian peserta Piala Asia U-19 lainnya di turnamen HBT kali ini, Indonesia U-19 patut was-was. Pasalnya, mereka bisa dibilang lebih mampu mengatasi lawan-lawan yang usia pemainnya di atas mereka.

Sebut saja, Vietnam U-19 yang mampu menaklukkan Indonesia U-19 di fase grup, saat ini menjadi juara grup B. Padahal, pada September tahun lalu Vietnam U-19 ditaklukkan tim Garuda Jaya pada partai final Piala AFF U-19 2013 lewat adu penalti di Sidoarjo.

Belum lagi, kita melihat capaian Myanmar U-19 yang menjadi juara grup A di HBT 2014. Dengan kata lain, dari segi penampilan kedua tim itu lebih konsisten dibandingkan Evan Dimas Darmono dan kawan-kawan.

Berdasarkan laga yang telah dimainkan di HBT 2014, Goal Indonesia mencoba merangkum lima hal yang harus segera dibenahi Indonesia U-19. Berikut ulasannya:

INDRA SJAFRI HARUS MEMILIKI ALTERNATIF STRATEGI

Tak bisa dimungkiri, Indra Sjafri masih terpaku dengan pola 4-3-3 yang selalu diusungnya selama ini. Tapi, jika melihat beberapa laga terakhir yang dimainkan Indonesia U-19, rasanya pelatih berusia 51 tahun itu harus memiliki alternatif strategi yang lain. Mengingat, semua tim yang akan menghadapi Indonesia U-19 sudah mulai mengetahui ataupun membaca permainan dari Evan Dimas dan kawan-kawan.
Lihat saja ketika melawan Vietnam U-19, mereka begitu mudah mematahkan alur serangan dari Indonesia U-19 yang lebih sering mengandalkan kecepatan pemain sayap. Setidaknya, Indra harus memiliki strategi dalam tiga pola yang berbeda. Bisa saja, Indra langsung menempatkan dua striker murni dengan pola 4-4-2, 3-5-2, atau 3-4-1-2 untuk menambah daya gedor dan kedalaman skuat juga lebih terjaga. Itu untuk menghadapi tim-tim yang memainkan pertahanan rapat, dan saat skema 4-3-3 mengalami kebuntuan.
Jadi, bukan hanya sekadar mengganti komposisi pemain namun tetap menggunakan pola yang sama seperti yang dilakukannya selama ini. Memang, tidak mudah untuk mematangkan skema alternatif lain di sisa waktu yang ada. Tapi, mau tidak mau Indra harus melakukan hal tersebut jika tak ingin timnya mengalami kebuntuan.

MENTAL PEMAIN DIPERBAIKI

Terlihat jelas pada HBT 2014, mental permainan dari para penggawa Indonesia U-19 mengalami penurunan yang signifikan. Para pemain seperti terlihat kesulitan mengatasi tekanan tim-tim yang bermain lebih ngotot atau melakukan pertahanan rapat seperti Vietnam U-19 dan Brunei Darussalam U-21.
Bahkan, rasa frustrasi mereka disalurkan hingga melakukan pelanggaran-pelanggaran tidak perlu di area berbahaya pertahanan sendiri. Beberapa kali para pemain Indonesia U-19 juga mudah dipancing emosinya oleh lawan. Belum lagi, mereka pada turnamen ini lebih sering melakukan kesalahan mendasar seperti salah operan, penempatan posisi terutama kiper Ravi Murdianto, yang biasanya jarang mereka lakukan di tur Nusantara maupun uji coba internasional sebelumnya.
Di samping itu, mereka terlihat masih belum bisa memecahkan masalah sendiri di dalam lapangan. Variasi permainan yang dibangun seakan hanya terpaku pada instruksi pelatih, dan ketika mengalami kebuntuan para pemain tidak memiliki alternatif lain.

PENYELESAIAN AKHIR DIPERTAJAM

Sudah bukan cerita baru lagi penyelesaian akhir Indonesia U-19 menjadi sorotan. Memang, pada laga terakhir melawan Singapura U-21 Dimas Drajad memberikan angin segar bisa menjadi pembunuh di depan gawang lawan. Tapi, jika melihat banyaknya peluang yang ada gagal berbuah gol, permasalahan ini patut menjadi perhatian lebih dari Indra Sjafri.
Bukan hanya dari sisi penyerang, lini kedua hingga bek juga harus bisa mencetak gol. Karena, dengan hanya mencetak gol sebuah tim memiliki peluang yang besar untuk memenangkan pertandingan. Bisa dibilang, percuma hanya bermain bagus dan menguasai pertandingan tapi tidak bisa mencetak gol, karena yang dilihat dari sebuah kompetisi atau pertandingan adalah hasil akhirnya bukan sekadar permainannya.

LEBIH MENGASAH BOLA SET-PIECE

Para pemain Indonesia U-19 harus lebih bisa memanfaatkan peluang melalui bola-bola set-piece. Tentunya, Indra sudah melatih siapa saja yang akan menjadi eksekutor untuk tendangan bebas maupun tendangan sudut. Tapi, sejauh ini hal itu belum berjalan dengan baik.
Selain itu, Indonesia U-19 juga harus mengantisipasi bola-bola set-piece dari lawan. Menyusul, beberapa kali gawang tim Garuda Jaya kebobolan lewat skema tersebut.

TRANSISI PERMAINAN

Ketika dikalahkan Brunei Darussalam U-21 dan Vietnam U-19, terlihat jelas kelemahan Indonesia U-19 ada pada transisi permainan dari menyerang ke bertahan, begitu pula sebaliknya.
Brunei, misalnya. Hanya lewat tiga kali serangan balik, mereka bisa membobol gawang Indonesia U-19 melalui sepakan Adi Said. Bahkan, pelatih Brunei, Kwon Oh Son secara terang-terangan menuturkan kelemahan Indonesia U-19 ada pada lambannya pertahanan Indonesia U-19 dalam melakukan transisi dari menyerang ke bertahan.
Vietnam U-19 juga berhasil mencetak gol melalui skema serangan balik cepat. Jarak pemain antarlini juga harus menjadi perhatian Indra Sjafri dalam membenahi timnya untuk Piala Asia U-19 nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar