antara
Goal.com - Timnas Indonesia U-19 bisa dibilang gagal total pada turnamen
Hassanal Bolkiah Trophy 2014 di Brunei Darussalam. Bagaimana tidak, pada
fase grup B mereka hanya bisa meraih satu kemenangan, tiga kali kalah,
dan satu imbang.
Satu-satunya kemenangan diraih saat mengecundangi tim juru kunci
Singapura U-21 dengan skor telak 6-0. Sementara hasil imbang didapatkan
saat menghadapi Malaysia U-21 di laga perdana, skor 0-0.
Tiga kali kekalahan diderita skuat yang dilatih Indra Sjafri dialami
saat melawan Brunei Darussalam U-21 (3-1), Vietnam U-19 (3-1), dan
Kamboja U-21 (2-1).
Beberapa pembenahan harus segera dilakukan Indonesia U-19. Mengingat,
mereka dipersiapkan untuk mengikuti Piala Asia U-19 2014 di Myanmar,
Oktober nanti. Apalagi, target yang dibebankan sangat tinggi yaitu
minimal lolos ke babak empat besar, sehingga otomatis mendapatkan tiket
lolos ke Piala Dunia U-20 2015 di Selandia Baru.
Jika melihat capaian peserta Piala Asia U-19 lainnya di turnamen HBT
kali ini, Indonesia U-19 patut was-was. Pasalnya, mereka bisa dibilang
lebih mampu mengatasi lawan-lawan yang usia pemainnya di atas mereka.
Sebut saja, Vietnam U-19 yang mampu menaklukkan Indonesia U-19 di
fase grup, saat ini menjadi juara grup B. Padahal, pada September tahun
lalu Vietnam U-19 ditaklukkan tim Garuda Jaya pada partai final Piala
AFF U-19 2013 lewat adu penalti di Sidoarjo.
Belum lagi, kita melihat capaian Myanmar U-19 yang menjadi juara grup
A di HBT 2014. Dengan kata lain, dari segi penampilan kedua tim itu
lebih konsisten dibandingkan Evan Dimas Darmono dan kawan-kawan.
Berdasarkan laga yang telah dimainkan di HBT 2014, Goal Indonesia mencoba merangkum lima hal yang harus segera dibenahi Indonesia U-19. Berikut ulasannya:
INDRA SJAFRI HARUS MEMILIKI ALTERNATIF STRATEGI
Tak bisa dimungkiri, Indra Sjafri masih terpaku dengan pola 4-3-3
yang selalu diusungnya selama ini. Tapi, jika melihat beberapa laga
terakhir yang dimainkan Indonesia U-19, rasanya pelatih berusia 51 tahun
itu harus memiliki alternatif strategi yang lain. Mengingat, semua tim
yang akan menghadapi Indonesia U-19 sudah mulai mengetahui ataupun
membaca permainan dari Evan Dimas dan kawan-kawan.
Lihat saja ketika melawan Vietnam U-19, mereka begitu mudah
mematahkan alur serangan dari Indonesia U-19 yang lebih sering
mengandalkan kecepatan pemain sayap. Setidaknya, Indra harus memiliki
strategi dalam tiga pola yang berbeda. Bisa saja, Indra langsung
menempatkan dua striker murni dengan pola 4-4-2, 3-5-2, atau 3-4-1-2
untuk menambah daya gedor dan kedalaman skuat juga lebih terjaga. Itu
untuk menghadapi tim-tim yang memainkan pertahanan rapat, dan saat skema
4-3-3 mengalami kebuntuan.
Jadi, bukan hanya sekadar mengganti komposisi pemain namun tetap
menggunakan pola yang sama seperti yang dilakukannya selama ini. Memang,
tidak mudah untuk mematangkan skema alternatif lain di sisa waktu yang
ada. Tapi, mau tidak mau Indra harus melakukan hal tersebut jika tak
ingin timnya mengalami kebuntuan.
MENTAL PEMAIN DIPERBAIKI
Terlihat jelas pada HBT 2014, mental permainan dari para penggawa
Indonesia U-19 mengalami penurunan yang signifikan. Para pemain seperti
terlihat kesulitan mengatasi tekanan tim-tim yang bermain lebih ngotot
atau melakukan pertahanan rapat seperti Vietnam U-19 dan Brunei
Darussalam U-21.
Bahkan, rasa frustrasi mereka disalurkan hingga melakukan
pelanggaran-pelanggaran tidak perlu di area berbahaya pertahanan
sendiri. Beberapa kali para pemain Indonesia U-19 juga mudah dipancing
emosinya oleh lawan. Belum lagi, mereka pada turnamen ini lebih sering
melakukan kesalahan mendasar seperti salah operan, penempatan posisi
terutama kiper Ravi Murdianto, yang biasanya jarang mereka lakukan di
tur Nusantara maupun uji coba internasional sebelumnya.
Di samping itu, mereka terlihat masih belum bisa memecahkan masalah
sendiri di dalam lapangan. Variasi permainan yang dibangun seakan hanya
terpaku pada instruksi pelatih, dan ketika mengalami kebuntuan para
pemain tidak memiliki alternatif lain.
PENYELESAIAN AKHIR DIPERTAJAM
Sudah bukan cerita baru lagi penyelesaian akhir Indonesia U-19
menjadi sorotan. Memang, pada laga terakhir melawan Singapura U-21 Dimas
Drajad memberikan angin segar bisa menjadi pembunuh di depan gawang
lawan. Tapi, jika melihat banyaknya peluang yang ada gagal berbuah gol,
permasalahan ini patut menjadi perhatian lebih dari Indra Sjafri.
Bukan hanya dari sisi penyerang, lini kedua hingga bek juga harus
bisa mencetak gol. Karena, dengan hanya mencetak gol sebuah tim memiliki
peluang yang besar untuk memenangkan pertandingan. Bisa dibilang,
percuma hanya bermain bagus dan menguasai pertandingan tapi tidak bisa
mencetak gol, karena yang dilihat dari sebuah kompetisi atau
pertandingan adalah hasil akhirnya bukan sekadar permainannya.
LEBIH MENGASAH BOLA SET-PIECE
Para pemain Indonesia U-19 harus lebih bisa memanfaatkan peluang melalui bola-bola set-piece.
Tentunya, Indra sudah melatih siapa saja yang akan menjadi eksekutor
untuk tendangan bebas maupun tendangan sudut. Tapi, sejauh ini hal itu
belum berjalan dengan baik.
Selain itu, Indonesia U-19 juga harus mengantisipasi bola-bola set-piece dari lawan. Menyusul, beberapa kali gawang tim Garuda Jaya kebobolan lewat skema tersebut.
TRANSISI PERMAINAN
Ketika dikalahkan Brunei Darussalam U-21 dan Vietnam U-19, terlihat
jelas kelemahan Indonesia U-19 ada pada transisi permainan dari
menyerang ke bertahan, begitu pula sebaliknya.
Brunei, misalnya. Hanya lewat tiga kali serangan balik, mereka bisa
membobol gawang Indonesia U-19 melalui sepakan Adi Said. Bahkan, pelatih
Brunei, Kwon Oh Son secara terang-terangan menuturkan kelemahan
Indonesia U-19 ada pada lambannya pertahanan Indonesia U-19 dalam
melakukan transisi dari menyerang ke bertahan.
Vietnam U-19 juga berhasil mencetak gol melalui skema serangan balik
cepat. Jarak pemain antarlini juga harus menjadi perhatian Indra Sjafri
dalam membenahi timnya untuk Piala Asia U-19 nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar