Jakarta - Harapan tinggi
yang selalu disandarkan kepada Timnas U-19 untuk sementara tak
tercapai. Mereka tampil buruk di turnamen Hassanal Bolkiah Trophy di Brunei Darussalam.
Walaupun menyisakan satu pertandingan di grupnya, Evan Dimas dkk. sudah masuk kotak dan gagal lolos ke semifinal. Dari empat laga sebelumnya mereka hanya seri satu kali, tapi kalah sampai tiga kali, termasuk dari negara yang dianggap masih di bawah Indonesia: Brunei dan Kamboja.
Banyak kritik mengarah ke sosok pelatih Indra Sjafri yang disebut-sebut "kaku" secara taktik dan sejumlah pernyataannya dianggap "jemawa". Beredar isu pula bahwa posisinya terancam.
Begitu pula dengan PSSI dan Badan Tim nasional yang dipandang terlalu mengekploitisir timnas U-19 sebagai sebuah komoditas. Bahkan keikutsertaan timnas U-19 di turnamen HBT disayangkan banyak kalangan karena sebelumnya tim tersebut sudah dijadwalkan mengikuti turnamen di Valencia, Spanyol.
Ketua Umum Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia (ASSBI) Taufik Jursal Effendi memberi enam poin masukan terkait situasi Timnas U-19 saat ini. Yang pertama, katanya, PSSI/BTN jangan mengubah-ubah program yang sudah dirancang secara mendadak.
Yang kedua, "Garuda Muda" perlu memiliki tim Public Relation (PR) yang handal untuk menangani terutama ekspos pemberitaan timnas U-19 oleh media massa.
Yang ketiga, kata Taufik, BTN perlu didampingi oleh sebuah tim Technical Study Group (TSG) yang terdiri dari minimal 5 orang, termasuk mantan-mantan pemain, yang saat ini memegang lisensi B level AFC (Asia).
"Yang keempat, para pemain perlu didampingi tim psikologi profesional untuk memulihkan (recovery) mental. Karena Piala Asia tinggal 40 hari lagi," ungkap Taufik.
Masukan lain adalah, tim ofisial jangan diubah karena waktunya sudah mepet. Prinsipnya adalah 'Don't change the winning team'. Terakhir, Evan Dimas dkk. perlu hijrah lokasi traning camp berikutnya ke tempat yang lebih nyaman dan baru, dan tidak mesti ke luar negeri. (a2s/krs) (detik.com)
Walaupun menyisakan satu pertandingan di grupnya, Evan Dimas dkk. sudah masuk kotak dan gagal lolos ke semifinal. Dari empat laga sebelumnya mereka hanya seri satu kali, tapi kalah sampai tiga kali, termasuk dari negara yang dianggap masih di bawah Indonesia: Brunei dan Kamboja.
Banyak kritik mengarah ke sosok pelatih Indra Sjafri yang disebut-sebut "kaku" secara taktik dan sejumlah pernyataannya dianggap "jemawa". Beredar isu pula bahwa posisinya terancam.
Begitu pula dengan PSSI dan Badan Tim nasional yang dipandang terlalu mengekploitisir timnas U-19 sebagai sebuah komoditas. Bahkan keikutsertaan timnas U-19 di turnamen HBT disayangkan banyak kalangan karena sebelumnya tim tersebut sudah dijadwalkan mengikuti turnamen di Valencia, Spanyol.
Ketua Umum Asosiasi Sekolah Sepak Bola Indonesia (ASSBI) Taufik Jursal Effendi memberi enam poin masukan terkait situasi Timnas U-19 saat ini. Yang pertama, katanya, PSSI/BTN jangan mengubah-ubah program yang sudah dirancang secara mendadak.
Yang kedua, "Garuda Muda" perlu memiliki tim Public Relation (PR) yang handal untuk menangani terutama ekspos pemberitaan timnas U-19 oleh media massa.
Yang ketiga, kata Taufik, BTN perlu didampingi oleh sebuah tim Technical Study Group (TSG) yang terdiri dari minimal 5 orang, termasuk mantan-mantan pemain, yang saat ini memegang lisensi B level AFC (Asia).
"Yang keempat, para pemain perlu didampingi tim psikologi profesional untuk memulihkan (recovery) mental. Karena Piala Asia tinggal 40 hari lagi," ungkap Taufik.
Masukan lain adalah, tim ofisial jangan diubah karena waktunya sudah mepet. Prinsipnya adalah 'Don't change the winning team'. Terakhir, Evan Dimas dkk. perlu hijrah lokasi traning camp berikutnya ke tempat yang lebih nyaman dan baru, dan tidak mesti ke luar negeri. (a2s/krs) (detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar