Bola.net - Adit termasuk 'orang lama' di tim pimpinan Indra Sjafri. Ia sudah bergabung sejak persiapan Pra Piala Asia
U-16 2012 lalu di Thailand. Dua kali Evan Dimas dkk juara di HKFA
Hongkong, cedera mereka juga ditangani pria kelahiran Jakarta 5 Juni
1983 ini.
Namun, bukan hanya kebersamaan yang sudah terbangun sejak lama itu yang membuat Adit bersedia bertahan di Timnas U-19 sampai saat ini. Mimpi mengantarkan Timnas Indonesia ke Piala Dunia menjadi alasan kenapa ia bersedia bertahan bekerja dengan Indra.
"Secara kekeluargaan memang pasti, karena suka duka sudah kita lewati bersama. Tapi sebenarnya ada satu tekad dan tujuan dari kami para official sejak bergabung bersama dulu, kami ingin ke Piala Dunia U-20," jelas Adit.
Di Piala AFF U-19 dan kualifikasi Piala AFC U-19 lalu, hampir tak pernah ada pemain Indonesia yang absen karena cedera selama dua laga. Dalam hitungan hari, cedera yang sempat dialami Mukhlis Hadi Ning Syaifulloh dan M Sahrul Kurniawan pulih dengan cepat. Bahkan tak pernah terlihat mereka menggunakan kinesio taping sebagai penahan otot yang cedera.
Namun bagi Adit, semua itu bukanlah hasil kinerjanya seorang. Itu adalah buah dari kepatuhan para pemain terhadap instruksi pelatih fisik, dokter dan seluruh tim official. "Yang utama memang karena mereka patuh-patuh. Tapi sejak awal tim ini dibentuk, pemain memang sudah diseleksi kualitas fisiknya. Saya hanya membantu maintenance dari program Pak Nur Saelan (pelatih fisik) dan dokter," jelas mantan fisioterapis Timnas Futsal Indonesia di 2007 ini.
Namun, bukan hanya kebersamaan yang sudah terbangun sejak lama itu yang membuat Adit bersedia bertahan di Timnas U-19 sampai saat ini. Mimpi mengantarkan Timnas Indonesia ke Piala Dunia menjadi alasan kenapa ia bersedia bertahan bekerja dengan Indra.
"Secara kekeluargaan memang pasti, karena suka duka sudah kita lewati bersama. Tapi sebenarnya ada satu tekad dan tujuan dari kami para official sejak bergabung bersama dulu, kami ingin ke Piala Dunia U-20," jelas Adit.
Di Piala AFF U-19 dan kualifikasi Piala AFC U-19 lalu, hampir tak pernah ada pemain Indonesia yang absen karena cedera selama dua laga. Dalam hitungan hari, cedera yang sempat dialami Mukhlis Hadi Ning Syaifulloh dan M Sahrul Kurniawan pulih dengan cepat. Bahkan tak pernah terlihat mereka menggunakan kinesio taping sebagai penahan otot yang cedera.
Namun bagi Adit, semua itu bukanlah hasil kinerjanya seorang. Itu adalah buah dari kepatuhan para pemain terhadap instruksi pelatih fisik, dokter dan seluruh tim official. "Yang utama memang karena mereka patuh-patuh. Tapi sejak awal tim ini dibentuk, pemain memang sudah diseleksi kualitas fisiknya. Saya hanya membantu maintenance dari program Pak Nur Saelan (pelatih fisik) dan dokter," jelas mantan fisioterapis Timnas Futsal Indonesia di 2007 ini.
Terkait kinesio taping yang tak pernah digunakan di Timnas U-19, pria jebolan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta 2003 ini mengaku tetap menyediakannya untuk Timnas U-19. "Pemain sering bertanya dan ingin menggunakan itu. Saya hanya menjelaskan kepada mereka tentang fungsinya, dan mereka memahami kalau tak perlu menggunakannya karena tidak cedera," jelas fisioterapis yang tercatat sebagai staf pengajar di SMPN 171 Jakarta Timur ini.
Meski begitu, yang namanya pemain muda ada saja yang tetap ngeyel ingin bergaya dengan kinesio taping bak pemain profesional. "Seingat saya dua kali pasang taping di AFF dan AFC. Satu untuk leher Ravi (Murdianto) yang memang sakit kalau menoleh, satu lagi untuk pemain yang ingin kelihatan keren. Saya perbolehkan, karena dia pakai di tangan," tutup Adit dengan tertawa dan tanpa mau menyebut nama pemain tersebut.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar