Minggu, 27 Juli 2014

Garudaku Ingin ke Piala Dunia

 Dwi Ary Setyadi/BOLANEWS

Harian Bola - Menjaga impian tampil di Piala Dunia U-20 2015 di Selandia Baru. Sikap ini yang tecermin dari perbincangan saya dengan petinggi PSSI dan Badan Tim Nasional beberapa waktu lalu.


Setahun terakhir, pemberitaan tentang Evan Dimas dkk. yang membela tim nasional Indonesia U-19 berhasil mengalahkan perhatian publik dari timnas senior kita. Penampilan tim asuhan Indra Sjafri itu seolah menjadi pelepas dahaga masyarakat yang menanti tunas-tunas harapan prestasi.
Indonesia berhasil menjuarai Piala AFF U-19 2013 dan lolos ke putaran final kejuaraan dengan level lebih tinggi, Piala AFC U-19 2014. Tak hanya itu, cara mereka bermain diakui memperlihatkan perbedaan nyata dibandingkan dengan timnas senior.
Saya ikut larut dalam kegembiraan pencinta sepak bola Indonesia yang melihat "warna" berbeda dari gaya bermain timnas selama ini.
Untuk tim level junior, atraksi Garuda U-19 memang memikat. Saya melihat ada kepercayaan diri yang tinggi dari para pemain, yang membuat mereka bisa mengeluarkan hasil latihan dan bakat mengolah si kulit bundar.
Ketika euforia timnas U-19 melanda media massa dan masyarakat sepak bola Indonesia, petinggi PSSI dan BTN sontak sadar bahwa ada ancaman yang mengganggu tujuan utama tim tersebut.
Ketua BTN, La Nyalla Mahmud Matalitti, dengan tegas menyebut Piala Dunia U-20 2015 sebagai target yang ditetapkan bagi Garuda U-19. Sebuah kejuaraan yang telah melahirkan banyak pesepak bola kelas dunia.
FIFA U-20 World Cup atau disebut juga dengan FIFA World Youth Championship adalah ajang bergengsi yang diperuntukkan bagi pesepak bola muda di seluruh dunia.
Kejuaraan ini juga dianggap sebagai lahan paling tepat bagi pesepak bola muda yang ingin dilirik klub-klub kaya di dunia.
Saya beruntung pernah ditugaskan untuk meliput Piala Dunia U-20 saat Malaysia menjadi tuan rumah pada 1997.
Selain tak kuasa menahan rasa cemburu karena negara tetangga ini dipercaya menggelar hajatan bergengsi dan melihat stadion-stadion kelas dunia yang mereka siapkan, saya juga menjadi saksi kemunculan Michael Owen, Jamie Carragher, Damien Duff, Esteban Cambiasso, Walter Samuel, Juan Roman Riquelme, David Trezeguet, Thierry Henry, hingga Shunsuke Nakamura.
***
Menyikapi keseriusan petinggi BTN mempersiapkan Garuda junior ke Piala AFC U-19 2014 yang memperebutkan empat tiket ke FIFA U-20 World Cup di Selandia Baru pada 10 Juni hingga 2 Juli 2015, saya membayangkan bagaimana kehebohan pemberitaan tentang Evan Dimas dkk. di media massa nasional.
Ya, saya mulai mereka-reka seperti apa suasananya bila Tim Garuda junior yang telah membuat publik jatuh cinta berlaga di Piala Dunia U-20.
Tentu catatan sejarah kejuaraan yang sama pada 1979 tak ingin terulang. Ketika itu, Indonesia menjadi tim dengan pertahanan terlemah, kebobolan 16 gol di FIFA U-20 World Cup yang digelar di Jepang. Dari ajang ini kita kemudian mengenal Diego Armando Maradona.
Selain keputusan melindungi anggota timnas U-19 dari godaan komersial serta publikasi berlebihan, petinggi BTN dan PSSI telah sepakat mengasah kemampuan tim junior Indonesia itu dalam sebuah turnamen di Spanyol.
Pada Februari 2014, secara resmi dipublikasikan bahwa Indonesia U-19 akan diterjunkan di turnamen Cotif, sebuah ajang bergengsi yang telah berusia 30 tahun dan pernah diikuti pesepak bola sekelas Raul Gonzalez, Andriy Shevchenko, hingga Daniel Alves.
Tapi, angan-angan saya terganggu oleh sebuah berita pada Rabu (23/7) malam. Walau tim sudah dipersiapkan dan visa Spanyol telah dikantongi, tiba-tiba arena persiapan timnas U-19 dibelokkan ke Brunei, mewakili Indonesia di Hassanal Bolkiah Trophy.
Dengan berbagai alasan positif yang dimunculkan melalui media massa, tetap saja keputusan PSSI itu dikaitkan dengan pertarungan hak siar dua televisi nasional.
Seberapa serius PSSI dan BTN melindungi dan mempersiapkan Garuda junior menuju Piala AFC U-19 2014 demi sebuah tiket ke Piala Dunia U-20 tahun depan?
Salah satu alasan mengirimkan timnas U-19 ke Brunei adalah karena di pergelaran terakhir Indonesia menjadi runner-up. Dengan kata lain, beban kepada Indra Sjafri adalah menjaga reputasi Indonesia di Hassanal Bolkiah Trophy.
Aduh, bukankah target puncak penampilan Evan Dimas dkk. tahun ini adalah di Myanmar saat berjuang menjadi semifinalis Piala AFC U-19 demi tiket ke Piala Dunia U-20?
Semoga impian masyarakat Indonesia menyaksikan Tim Garuda berlaga di FIFA U-20 World Cup 2015 tak terganggu karena kebingungan yang menimpa para pemain di tengah jalan.
Setahun terakhir, pemberitaan tentang Evan Dimas dkk. yang membela tim nasional Indonesia U-19 berhasil mengalahkan perhatian publik dari timnas senior kita. Penampilan tim asuhan Indra Sjafri itu seolah menjadi pelepas dahaga masyarakat yang menanti tunas-tunas harapan prestasi.

Indonesia berhasil menjuarai Piala AFF U-19 2013 dan lolos ke putaran final kejuaraan dengan level lebih tinggi, Piala AFC U-19 2014. Tak hanya itu, cara mereka bermain diakui memperlihatkan perbedaan nyata dibandingkan dengan timnas senior.

Saya ikut larut dalam kegembiraan pencinta sepak bola Indonesia yang melihat "warna" berbeda dari gaya bermain timnas selama ini.

Untuk tim level junior, atraksi Garuda U-19 memang memikat. Saya melihat ada kepercayaan diri yang tinggi dari para pemain, yang membuat mereka bisa mengeluarkan hasil latihan dan bakat mengolah si kulit bundar.
Ketika euforia timnas U-19 melanda media massa dan masyarakat sepak bola Indonesia, petinggi PSSI dan BTN sontak sadar bahwa ada ancaman yang mengganggu tujuan utama tim tersebut.

Ketua BTN, La Nyalla Mahmud Matalitti, dengan tegas menyebut Piala Dunia U-20 2015 sebagai target yang ditetapkan bagi Garuda U-19. Sebuah kejuaraan yang telah melahirkan banyak pesepak bola kelas dunia.

FIFA U-20 World Cup atau disebut juga dengan FIFA World Youth Championship adalah ajang bergengsi yang diperuntukkan bagi pesepak bola muda di seluruh dunia.

Kejuaraan ini juga dianggap sebagai lahan paling tepat bagi pesepak bola muda yang ingin dilirik klub-klub kaya di dunia.

Saya beruntung pernah ditugaskan untuk meliput Piala Dunia U-20 saat Malaysia menjadi tuan rumah pada 1997.

Selain tak kuasa menahan rasa cemburu karena negara tetangga ini dipercaya menggelar hajatan bergengsi dan melihat stadion-stadion kelas dunia yang mereka siapkan, saya juga menjadi saksi kemunculan Michael Owen, Jamie Carragher, Damien Duff, Esteban Cambiasso, Walter Samuel, Juan Roman Riquelme, David Trezeguet, Thierry Henry, hingga Shunsuke Nakamura.

***
Menyikapi keseriusan petinggi BTN mempersiapkan Garuda junior ke Piala AFC U-19 2014 yang memperebutkan empat tiket ke FIFA U-20 World Cup di Selandia Baru pada 10 Juni hingga 2 Juli 2015, saya membayangkan bagaimana kehebohan pemberitaan tentang Evan Dimas dkk. di media massa nasional.
Ya, saya mulai mereka-reka seperti apa suasananya bila Tim Garuda junior yang telah membuat publik jatuh cinta berlaga di Piala Dunia U-20.

Tentu catatan sejarah kejuaraan yang sama pada 1979 tak ingin terulang. Ketika itu, Indonesia menjadi tim dengan pertahanan terlemah, kebobolan 16 gol di FIFA U-20 World Cup yang digelar di Jepang. Dari ajang ini kita kemudian mengenal Diego Armando Maradona.

Selain keputusan melindungi anggota timnas U-19 dari godaan komersial serta publikasi berlebihan, petinggi BTN dan PSSI telah sepakat mengasah kemampuan tim junior Indonesia itu dalam sebuah turnamen di Spanyol.

Pada Februari 2014, secara resmi dipublikasikan bahwa Indonesia U-19 akan diterjunkan di turnamen Cotif, sebuah ajang bergengsi yang telah berusia 30 tahun dan pernah diikuti pesepak bola sekelas Raul Gonzalez, Andriy Shevchenko, hingga Daniel Alves.

Tapi, angan-angan saya terganggu oleh sebuah berita pada Rabu (23/7) malam. Walau tim sudah dipersiapkan dan visa Spanyol telah dikantongi, tiba-tiba arena persiapan timnas U-19 dibelokkan ke Brunei, mewakili Indonesia di Hassanal Bolkiah Trophy.

Dengan berbagai alasan positif yang dimunculkan melalui media massa, tetap saja keputusan PSSI itu dikaitkan dengan pertarungan hak siar dua televisi nasional.

Seberapa serius PSSI dan BTN melindungi dan mempersiapkan Garuda junior menuju Piala AFC U-19 2014 demi sebuah tiket ke Piala Dunia U-20 tahun depan?

Salah satu alasan mengirimkan timnas U-19 ke Brunei adalah karena di pergelaran terakhir Indonesia menjadi runner-up. Dengan kata lain, beban kepada Indra Sjafri adalah menjaga reputasi Indonesia di Hassanal Bolkiah Trophy.

Aduh, bukankah target puncak penampilan Evan Dimas dkk. tahun ini adalah di Myanmar saat berjuang menjadi semifinalis Piala AFC U-19 demi tiket ke Piala Dunia U-20?

Semoga impian masyarakat Indonesia menyaksikan Tim Garuda berlaga di FIFA U-20 World Cup 2015 tak terganggu karena kebingungan yang menimpa para pemain di tengah jalan.

Penulis : Weshley Hutagalung
 Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar