Selasa, 27 Mei 2014

Sejenak Dengan Paradigma Latihan Fisik Nur Saelan


Coachindrasjafri.com - Lewat rekomendasi seorang teman, maka Indra Sjafri mengajak Nursaelan Santoso untuk menjadi pelatih fisik timnas U-19. Pengalaman panjang lebih dari 26 tahun membuat Nursaelan paham betul bagaimana mesti memberikan latihan.

Menjadi cerita klise bahwa pemain timnas Indonesia akan keteteran ketika menjalani paruh babak kedua. Kondisi fisik yang lemah kerap kali menjadi penyebab buruknya hasil pertandingan. Meskipun semangat masih ada, tapi apa mau dikata jika stamina tiada.

Perihal tersebut menjadi pelajaran berarti bagi timnas U-19. Skuad Garuda Jaya berlari di atas lapangan sepanjang 90 menit dalam setiap pertandingan yang dijalani. Tak lain, Nursaelan lah yang menjadi aktor keberhasilan pembentukan kemampuan fisik pemain timnas U-19.

Indra Sjafri menulis dalam sebuah catatan bahwa kemampuan fisik seorang pemain sepakbola merupakan gabungan dari ketahanan (endurance), kekuatan (strength), kecepatan (speed), kelincahan (agility), dan kelenturan (flexibility).

Hal tersebut mengandung arti semua jenis gerakan yang dimiliki oleh manusia harus berada dalam kondisi optimal bagi seorang pemain sepakbola. Sepakbola tidak sama dengan lari jarak jauh yang hanya menggunakan daya tahan, tapi juga tidak seperti angkat besi yang hanya menggunakan kekuatan. Sepakbola secara sederhana harus memenuhi kualifikasi sebagai seorang pelari jauh sekaligus seseorang yang kuat untuk mengangkut beban yang berat secara berulang-ulang.

Ketahanan fisik seorang pemain sepakbola biasa dikenal dengan istilah VO2max, yaitu kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen dalam satuan detik. Pemain eropa biasanya memiliki standar VO2max 65-70 ml/kg/min. Artinya, pemain tersebut mampu menghirup 55-65 mililiter oksigen per berat tubuh dalam waktu satu menit.

Nursaelan mencatat, pada awalnya mayoritas pemain timnas U-19 hanya memiliki VO2max sekitar 50-55. Namun, setelah training camp tahap I di Batu, Malang, 9 November 2013 hingga 5 Januari 2014 didapatkan hasil positif. Secara signifikan seluruh pemain sudah memiliki VO2max di atas 55, bahkan Evan Dimas mencapai lebih dari 63.

Itu adalah capaian terbesar di dalam tim. Indra Sjafri menganalogikan pemain Persebaya 1927 Surabaya ini sebagai mobil dengan tangki besar yang irit bensin dan benar dalam pengemudiannya.
Lantas apa rahasia dibalik keberhasilan pengembangan fisik mereka? Nursaelan yang  juga pernah menjadi pelatih fisik Persita Tangerang mengungkapkan bahwa ia menggunakan paradigma berpikir yang beda soal latihan fisik.

Nursaelan memegang prinsip bahwa latihan fisik harus menyenangkan. “Latihan fisik identik dengan stamina terkuras karena terus digenjot. Sebelum masuk ke fase itu, saya menanamkan di benak pemain jika latihan yang akan dijalankan menyenangkan,” jelasnya.

Selain itu dia juga menumbuhkan kesadaran pada para pemain untuk menantang dirinya masing-masing agar dapat terus berkembang. Metode ini disebutnya fun conditioning. Harapannya, ketika pemain senang, ia akan tidak merasa disiksa. Sehingga potensi yang dimilikinya akan keluar.

Melatih pemain muda juga disadarinya lebih mudah. Lewat arahannya, pemain menjadi berpikir bahwa latihan fisik adalah kebutuhan. Para pemain juga masih memiliki disiplin yang bagus.

Kelebihan pemain Indonesia adalah kecepatan dan kelincahan. Potensi inipun disadari oleh Nursaelan. Maka target dalam program latihannya ialah membentuk pemain yang cepat dalam bertindak dan berpikir; melatih respon

Dalam satu sesi adu sprint, seorang pemain dibolehkan start setelah berhasil menjawab pertanyaan matematika sederhana yang diberikan oleh Nursaelan. "Itu memang tak bisa langsung diterjemahkan ke permainan itu sendiri. Tapi ini melatih respons mereka. Karena ada situasi-situasi di mana mereka harus mengambil keputusan cepat saat bermain," jelasnya.

Nursaelan dalam kerjanya berkoordinasi juga dengan doktor tim dan pelatih mental. Dengan berkoordinasi dengan doktor tim. Nantinya Nursaelan akan lebih dapat mendapatkan catatan yang spesifik dari dokter Alfan Nur Asyar. Karena pada dasarnya, posisi pemain bertahan, gelandang, dan penyerang memiliki kebutuhan pelatihan yang berbeda.

Menurutnya, pemain gelandang membutuhkan daya tahan yang lebih tinggi dibandingkan yang lain. Oleh karena itu, di dalam latihannya, Nursaelan membagi beberapa kelompok.

Sementara pelatih mental, Guntur Cahyo Utomo akan mendampingi untuk terus menjaga spirit dari setiap pemain. Jika ada pemain yang bosan dan mulai menolak maka Guntur yang akan menanganinya.

Muhammad Hargianto, gelandang timnas, mengatakan materi latihan fisik yang diberikan belum terlalu berat. “Kami diberi target mencapai denyut nadi 140-150 (per menit) setiap latihan. Itu masih tahap dua,” kata dia.
Indra Sjafri dan Nursaelan memang berencana membangun kekuatan fisik yang tangguh bagi skuad Garuda Jaya. Ini adalah modal awal agar para pemain dapat menghadapi permainan lawan di Piala Asia U-19 nanti. Sehingga cita-cita untuk ikut dalam Piala Asia U-20 tahun 2015 dapat terwujud.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar