Coachindrasjafri.com - Lewat rekomendasi seorang teman, maka Indra Sjafri mengajak Nursaelan
Santoso untuk menjadi pelatih fisik timnas U-19. Pengalaman panjang
lebih dari 26 tahun membuat Nursaelan paham betul bagaimana mesti
memberikan latihan.
Menjadi cerita klise bahwa pemain timnas Indonesia
akan keteteran ketika menjalani paruh babak kedua. Kondisi fisik yang
lemah kerap kali menjadi penyebab buruknya hasil pertandingan. Meskipun
semangat masih ada, tapi apa mau dikata jika stamina tiada.
Perihal tersebut menjadi pelajaran berarti bagi
timnas U-19. Skuad Garuda Jaya berlari di atas lapangan sepanjang 90
menit dalam setiap pertandingan yang dijalani. Tak lain, Nursaelan lah
yang menjadi aktor keberhasilan pembentukan kemampuan fisik pemain
timnas U-19.
Indra Sjafri menulis dalam sebuah catatan bahwa kemampuan fisik seorang pemain sepakbola merupakan gabungan dari ketahanan (endurance), kekuatan (strength), kecepatan (speed), kelincahan (agility), dan kelenturan (flexibility).
Hal tersebut mengandung arti semua jenis gerakan
yang dimiliki oleh manusia harus berada dalam kondisi optimal bagi
seorang pemain sepakbola. Sepakbola tidak sama dengan lari jarak jauh
yang hanya menggunakan daya tahan, tapi juga tidak seperti angkat besi
yang hanya menggunakan kekuatan. Sepakbola secara sederhana harus
memenuhi kualifikasi sebagai seorang pelari jauh sekaligus seseorang
yang kuat untuk mengangkut beban yang berat secara berulang-ulang.
Ketahanan fisik
seorang pemain sepakbola biasa dikenal dengan istilah VO2max, yaitu
kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen dalam satuan detik. Pemain
eropa biasanya memiliki standar VO2max 65-70 ml/kg/min. Artinya, pemain
tersebut mampu menghirup 55-65 mililiter oksigen per berat tubuh dalam
waktu satu menit.
Nursaelan mencatat, pada awalnya mayoritas pemain timnas U-19 hanya memiliki VO2max sekitar 50-55. Namun, setelah training camp
tahap I di Batu, Malang, 9 November 2013 hingga 5 Januari 2014
didapatkan hasil positif. Secara signifikan seluruh pemain sudah
memiliki VO2max di atas 55, bahkan Evan Dimas mencapai lebih dari 63.
Itu adalah capaian
terbesar di dalam tim. Indra Sjafri menganalogikan pemain Persebaya 1927
Surabaya ini sebagai mobil dengan tangki besar yang irit bensin dan
benar dalam pengemudiannya.
Lantas apa rahasia
dibalik keberhasilan pengembangan fisik mereka? Nursaelan yang juga
pernah menjadi pelatih fisik Persita Tangerang mengungkapkan bahwa ia
menggunakan paradigma berpikir yang beda soal latihan fisik.
Nursaelan memegang
prinsip bahwa latihan fisik harus menyenangkan. “Latihan fisik identik
dengan stamina terkuras karena terus digenjot. Sebelum masuk ke fase
itu, saya menanamkan di benak pemain jika latihan yang akan dijalankan
menyenangkan,” jelasnya.
Selain itu dia juga
menumbuhkan kesadaran pada para pemain untuk menantang dirinya
masing-masing agar dapat terus berkembang. Metode ini disebutnya fun conditioning. Harapannya, ketika pemain senang, ia akan tidak merasa disiksa. Sehingga potensi yang dimilikinya akan keluar.
Melatih pemain muda
juga disadarinya lebih mudah. Lewat arahannya, pemain menjadi berpikir
bahwa latihan fisik adalah kebutuhan. Para pemain juga masih memiliki
disiplin yang bagus.
Kelebihan pemain Indonesia adalah kecepatan dan kelincahan. Potensi
inipun disadari oleh Nursaelan. Maka target dalam program latihannya
ialah membentuk pemain yang cepat dalam bertindak dan berpikir; melatih
respon
Dalam satu sesi adu sprint, seorang pemain dibolehkan start
setelah berhasil menjawab pertanyaan matematika sederhana yang
diberikan oleh Nursaelan. "Itu memang tak bisa langsung diterjemahkan ke
permainan itu sendiri. Tapi ini melatih respons mereka. Karena ada
situasi-situasi di mana mereka harus mengambil keputusan cepat saat
bermain," jelasnya.
Nursaelan dalam
kerjanya berkoordinasi juga dengan doktor tim dan pelatih mental. Dengan
berkoordinasi dengan doktor tim. Nantinya Nursaelan akan lebih dapat
mendapatkan catatan yang spesifik dari dokter Alfan Nur Asyar. Karena
pada dasarnya, posisi pemain bertahan, gelandang, dan penyerang memiliki
kebutuhan pelatihan yang berbeda.
Menurutnya, pemain
gelandang membutuhkan daya tahan yang lebih tinggi dibandingkan yang
lain. Oleh karena itu, di dalam latihannya, Nursaelan membagi beberapa
kelompok.
Sementara pelatih
mental, Guntur Cahyo Utomo akan mendampingi untuk terus menjaga spirit
dari setiap pemain. Jika ada pemain yang bosan dan mulai menolak maka
Guntur yang akan menanganinya.
Muhammad Hargianto,
gelandang timnas, mengatakan materi latihan fisik yang diberikan belum
terlalu berat. “Kami diberi target mencapai denyut nadi 140-150 (per
menit) setiap latihan. Itu masih tahap dua,” kata dia.
Indra Sjafri dan
Nursaelan memang berencana membangun kekuatan fisik yang tangguh bagi
skuad Garuda Jaya. Ini adalah modal awal agar para pemain dapat
menghadapi permainan lawan di Piala Asia U-19 nanti. Sehingga cita-cita
untuk ikut dalam Piala Asia U-20 tahun 2015 dapat terwujud.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar