TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harapan besar kembali
tertumpu pada Timnas U-19 setelah berhasil lolos sebagai juara grup
untuk mengikuti Kejuaraan AFC 2014 edisi 38 yang akan diselenggarakan di
Myanmar pada 5-22 Oktober mendatang.
Menurut Anggota Komisi X
DPR-RI, Anton Sukartono Suratto, apresiasi sangat pantas dilayangkan
pada anak asuh Indra Sjafri tersebut.
"Mereka layak mendapat acungan jempol dan keberadaan mereka harus tetap dipertahankan," ujar Anton, Sabtu(22/2/2014).
Lebih
lanjut pria yang akrab disapa Kang Anton ini mengatakan, prestasi yang
sudah berhasil diraih oleh tim yang digawangi oleh Evan Dimas ini
sebaiknya jangan sampai 'diobok-obok' oleh berbagai kepentingan yang
akan menurunkan prestasi mereka.
"Juga jangan sering bongkar
pasang karena mereka sudah bagus semua, seperti Evan Dimas, Ravi
Murdianto, Maldini, Mukhlis, Ilham Udin, Putu Gede dan lain-lain. Pihak
terkait, dalam hal ini Menpora harus tetap memberi perhatian lebih
kepada timnas muda ini. Mereka harus tetap dipertahankan dengan
mengupayakan macam-macam kebutuhan mereka," jelas politisi partai
Demokrat ini.
Kebutuhan gizi, ujar Anton adalah hal yang paling
utama untuk mereka. Menurutnya, kekalahan yang sering dialami oleh
pemain sepakbola
Indonesia adalah gizi yang tidak tercukupi.
Indonesia adalah gizi yang tidak tercukupi.
"Pemain
sepakbola membutuhkan satu setengah kali kebutuhan energi orang dewasa
dengan postur yang relatif sama, karena pemain sepakbola dikategorikan
dengan seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang berat. Ini adalah
faktor paling utama yang harus diperhatikan,"ujar Anton.
Hal lain yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah kata Anton adalah kebutuhan akan honorarium yang dibayar dengan pantas dan
dibayarkan tepat waktu. Kepada anak-anak yang tergabung di dalam timnas U-19 ini Anton berpesan agar jangan lupa diri, karena itu bisa
menyebabkan kemerosotan prestasi.
dibayarkan tepat waktu. Kepada anak-anak yang tergabung di dalam timnas U-19 ini Anton berpesan agar jangan lupa diri, karena itu bisa
menyebabkan kemerosotan prestasi.
"Jangan
sombong walau sudah mengukir banyak prestasi. Lalu, ada beberapa di
antara pemain sepakbola kita yang ketika sudah terkenal, lupa dengan
kewajibannya sebagai atlet. Contoh, ada yang menjadi bintang iklan lalu,
merasa bahwa bintang iklan lebih prospek dibanding menjadi atlet dan
lupa dengan tugasnya sebagai atlet," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar