Superball / Feri Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR SERI BEGAWAN - Awan mendung memayungi langit Bandar Seri Begawan, Ibu Kota Brunei Darussalam. Stadion Hassanal Bolkiah atau Hassanal Bolkiah Stadium dipenuhi dengan wajah sayu dan kecewa para suporter Indonesia. Maklum, mereka baru saja menyaksikan kekalahan tim kebanggaannya.
Petang itu, Rabu (13/8/2014), mendung memang tak hanya milik Bandar Seri Begawan, tapi juga tim nasional Indonesia (timnas) U-19 dan ratusan suporternya. Ya, di stadion tersebut, timnas U-19 digilas oleh Vietnam U-19 dengan skor 1-3 dalam kancah perebutan Piala Hassanal Bolkiah 2014.
Ada apa dengan timnas U-19? Ada apa dengan Garuda
Jaya—julukan timnas U-19? Pertanyaan itu muncul di benak sejumlah
suporter yang melangkah gontai keluar dari kawasan stadion megah milik
pemimpin negeri Brunei Darussalam, Sultan Hassanal Bolkiah tersebut.
Pertanyaan itu salah
satunya muncul dalam benak Ilon, suporter yang sengaja datang dan
membolos dari tempat kerjanya demi menonton aksi para penggawa timnas
Indonesia. Menurut Ilon, permainan timnas U-19 dahulu tidak seperti itu.
“Saya melihat waktu mereka menang Piala AFF. Permainan mereka bagus.
Begitu pula serangannya. Tapi kok sekarang beda,” ujar pria yang
beprofesi sebagai kuli bangunan ini saat ditemui Tribunnews di Stadion Hassanal Bolkiah, Bandar Seri Begawan.
Tapi bagaimanapun juga, lanjut Ilon, dia
dan rombongannya—yang saat itu berjumlah tujuh orang—tetap tak
henti-hentinya menunjukkan dukungan kepada timnas U-19. “Pokoknya walau
sedih, tetap hidup Garuda Jaya. Jayalah Garuda!” teriak Ilon, disambut
rombongannya.
Pun komentar
serupa datang dari Alpin, salah seorang suporter yang turut datang
bersama Ilon. Menurut Alpin, semakin lama, jumlah penonton timnas U-19
semakin sedikit. Ini terlihat dari jumlah suporter yang melorot sejak
pertandingan pertama Piala Hassanal Bolkiah 2014 hingga sekarang.
“Waktu melawan Malaysia,
penontonnya berjubel. Saat pertandingan melawan Brunei
(Darussalam—red), jumlahnya semakin banyak. Bahkan ribuan suporter
penuhin stadion ini,” ujar Alpin yang tak kuasa menyembunyikan
kekecewaannya.
Saat menjajal Malaysia, timnas U-19 hanya bisa bermain imbang 0-0
dalam laga yang dihelat di Stadion Hassanal Bolkiah. Sementara, pada
laga kedua, Garuda Jaya dibekuk oleh tuan rumah sekaligus juara
bertahan, Brunei Darussalam, dengan skor 1-3.
Tak hanya jumlahnya melorot, Alpin mengatakan bahkan suporter sudah pulang saat pertandingan timnas U-19 kontra Vietnam baru berjalan satu babak. Begitu babak kedua, terangnya, mereka sudah mulai hengkang dari penonton dan pulang.
“Mereka pada pulang, padahal baru babak pertama. Mungkin karena udah
kecewa,” terang pria berambut kuncir kuda yang saat itu tengah bingung
karena tertinggal rombongan.
Setali tiga uang dengan Ilon. Alpin pun akan tetap terus mendukung
timnas U-19. “Saya sih harapannya untuk event ke depan, timnas bisa
menang,” tutur Alpin.
Saat dipancing soal keikutsertaan timnas di ajang Asian Games
2014 Myanmar
September mendatang, Alpin langsung menyambar tanpa tedeng
aling-aling.”Ya, acara itu maksudnya. Semoga timnas bisa jadi juara di
Myanmar,” tutup Alpin, seraya tertawa.
Kekalahan Garuda Jaya atas The Red Warriors--julukan timnas Vietnam--salah satunya disebabkan oleh mental pemain yang runtuh usai gol cepat Vietnam atas Indonesia. Hal itu disampaikan pelatih timnas U-19, Indra Sjafri.
Garuda Jaya takluk 1-3 dari Vietnam. Tiga gol Vietnam diciotakan
Luong Xuang (4), Du Huy (35), dan Phuong. Sementara gol sematawayang
Indonesia dikemas David Maulana pada menit ke-80.
"Dengan terjadinya gol cepat, moral dan skema permainan menjadi runtuh," kata Indra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar