Sabtu, 12 Juli 2014

Mereka di Balik Sukses Indra Sjafri dan Timnas U-19, Jarot Supriadi (Pelatih Kiper)

 bola.net

Bola.net - Kurang bersinar selama menjadi pemain, Jarot Supriadi seperti memiliki tekad untuk membalasnya dengan menjadikan seorang penjaga gawang lebih bagus darinya. Karirnya menjadi pelatih kiper yang cukup sukses tak membuatnya jual mahal atau menolak melatih Timnas kelompok umur.

"Sebenarnya tidak ada perbedaan dalam melatih klub profesional atau Timnas senior dengan kelompok umur. Secara taktikal, fungsi agar kiper lebih cepat beradaptasi dan menjaga reaksi, semua sama. Tapi di level junior kita bisa membentuk seorang kiper yang bagus," urai Jarot.

Karir Jarot semasa menjadi pemain memang terhitung standar dan tak bisa dibilang istimewa. Memang, ia pernah mengantarkan DKI Jakarta menjadi juara nasional, tapi itu hanya sekelas Liga Mahasiswa. Masuk Timnas, Jarot hanya sampai level Timnas U-23. Itu pun untuk turnamen Piala Walikota Padang di era 80-an.

Karirnya baru moncer sebagai pelatih. Pada tahun 2005 ia mengawali karirnya sebagai pelatih kiper klub profesional, Persikota Tangerang. Bertahan semusim di sana, pelatih kelahiran Jakarta 22 Agustus 1964 ini mengadu nasibnya bersama Persipura Jayapura yang baru ditinggalkan Rahmad Darmawan. Selama enam musim di Papua, dua gelar juara yang diraih Mutiara Hitam di musim 2008–09 dan 2010–11, tak lepas dari tangan dinginnya memoles Jendri Pitoy kala itu.

Jarot pun kemudian dipanggil PSSI untuk menangani kiper Timnas di era Wim Rijsbergen untuk kualifikasi Piala Dunia 2014. "Wim awalnya bilang kalau pelatih kiper temannya dari Belanda akan datang. Saya hanya sementara. Dua-tiga hari saya bergabung, eh dia minta terus," katanya.

Tak mau terlalu menganggur dan memakan gaji buta dari PSSI karena sedikitnya jadwal di Timnas Senior, Jarot yang dikontrak selama dua tahun akhirnya memilih mengabdikan ilmunya ke Timnas kelompok umur. Yakni Timnas U-16 untuk Pra Piala Asia di Thailand 2012 lalu, yang saat itu juga ditangani Indra Sjafri.

Pelatih satu ini mengaku tak suka titipan atau intervensi. Masuknya Awan Setho dari SAD untuk skuat kualifikasi AFC U-19 lalu dan menyingkirkan Reza Pratama menurutnya karena seleksi. Jika Ravi Murdianto tetap bertahan sebagai kiper utama, dan Awan akhirnya hanya menjadi kiper ketiga juga bukan karena ia menganak-emaskan Ravi.

"Saya mencari pemain dengan logika dan melihat skillnya. Sebelum AFC, tiap usai latihan mereka saya rangking. Sebelum didfatarkan saya ambil rata-rata dan mana yang akhirnya menjadi rangking 1, 2 dan 3," tutup alumni Kepelatihan SPOK Universitas Negeri Jakarta yang skripsinya mengambil spesialisasi penjaga gawang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar