Kamis, 23 Oktober 2014

Gendut Doni: Kegagalan Timnas U-19 Tidak Menutupi Talenta Para Pemain

Sportsatu.com - Mantan pemain tim nasional Indonesia, Gendut Doni Christiawan, bergabung dengan skuad senior sejak usia muda. Saat ditemui langsung, ia bicara tentang potensi yang ada pada skuad timnas U-19 Indonesia.

Eksklusif SportSatu

Lahir pada 7 Desember 1978, Gendut Doni, menempa ilmu dari Diklat Salatiga dan pernah membawa nama Indonesia harum dalam kompetisi Kompetisi Pelajar Asia U-18 sebagai juara di 1996, saat itu ia juga mendapat penghargaan sebagai pemain terbaik.

Berselang empat tahun kemudian, Gendut Doni, kini berusia 21 tahun, mendapat kesempatan berlaga di Piala Tiger 2000 (sekarang Piala AFF). Kesempatan yang ia manfaatkan dengan baik dan sukses membawa Garuda ke final.

Walau akhirnya kalah oleh Thailand di partai puncak, ia berhasil menjadi pencetak gol terbanyak, bersama striker Gajah Putih, Worrawoot Srimaka, dengan lima gol.

Ia tahu rasanya menjadi pemain muda dalam level timnas, tekanan yang datang dari publik. Melihat kiprah Evan Dimas cs. di Myanmar dalam Piala Asia U-19 yang bahkan gagal mendapatkan poin dan defisit enam gol sebelum angkat koper, Gendut Doni berharap Garuda Muda terus diberikan kesempatan.

"Aku sih tetap, masih apresiasi untuk U-19 walau dicibir orang. Lebih-lebih setelah tidak lolos (ke Piala Dunia U-20), cuma ya kita jangan bicara instan. Kalau mau benar-benar pembinaan ya ini dibimbing," ujarnya.

Dari perspektifnya, ada hal-hal di luar tim U-19 yang membuat kondisi tidak kondusif sehingga anak-anak asuhan Indra Sjafri gagal memenuhi ekspektasi ke Piala Dunia U-20, yang menurut Gendut Doni sebagai "target yang tidak wajar".

"Bukannya kita mau menyalahkan, coba lihat tur Nusantara. Para pemain diforsir terus, diforsir terus, yang diuntungkan siapa coba?" lanjutnya.

Masih Ada Asa
Di antara pemain-pemain timnas U-19, Gendut Doni punya beberapa pemain yang diandalkan, "Secara kualitas, banyak sih talenta-talenta. Ada Evan Dimas, (Paulo) Sitanggang, terus ada (Ilham Udin) Armayn. Tapi dia juga sekarang mulai (menurun performanya), tapi ngga bisa disalahin juga, mungkin terlalu digembar-gemborkan media."

Sorotan media saat ini jauh berbeda dengan saat Gendut Doni masih muda. Pria kelahiran Salatiga itu mengingat masanya dulu ketika baru ada dua saluran televisi dan juga dua media cetak khusus olahraga.

"Jaman sekarang sama jaman dulu memang beda jauh. Dulu jamanku kita bergerak tidak terlalu disorot. Sekarang, bukan cuma koran tapi tv juga ngikut sekarang," tuturnya.

Menurut anak ketiga dari empat bersaudara ini, keriuhan yang menyoroti para pemain muda juga dapat menjadi faktor lain seorang pesepak bola merasa terlalu percaya diri dan membuat performa menurun. "Semuanya kembali ke indiviu masing-masing," kata Gendut Doni.

Soal transisi dari pemain muda yang banyak gagal ketika menginjak status pemain profesional bukan hal yang jarang ditemui di Indonesia, bahkan dunia.

Bagi Gendut Doni, "Ya kalau profesional itu kan profesi kita. Semua bergantung pada diri kita (untuk sukses). Karena kadang kita ngga bisa kontrol itu loh (disiplin). Sama, dulu waktu gue di timnas dipuji-puji tapi waktu lepas dari itu gue ngga lupa diri. Semua kembali ke individu."

Kembali menegaskan bahwa ia mendukung juara Piala AFF U-19 2013 untuk sukses. Pria yang akrab dengan Kurniawan Dwi Yulianto dan Bambang Pamungkas ini mengambil hikmah dari kegagalan di Myanmar dan kenyataan pahit bahwa Garuda Muda gagal memenangkan satu pertandingan pun.

"Jangan melihat ke atas terus. Kita perlu merangkak, ngerasain dulu dari bawah," nasihat Gendut Doni dengan penuh semangat kepada generasi Maldini Pali dan kawan-kawan.
(Foto: Dok. pribadi Gendut Doni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar