Sabtu, 18 Januari 2014

Muhammad Hargianto, Antara Paul Scholes dan Latihan Mengumpan

Jakarta - Muhammad Hargianto, publik Indonesia mulai akrab dengan nama gelandang muda itu. Gol tendangan bebasnya yang aduhai ke gawang kiper Filipina, Ronilo Vallez Bayan, pada kualifikasi Piala Asia U-19 tentu masih terpatri dalam ingatan.
Usai sukses membawa tim nasional (Timnas) U-19 menjadi juara grup, mengangkangi Korea Selatan, ia disambut meriah di Cipondoh saat pulang kembali dari Piala Asia.
"Wah kemarin itu sangat spesial. Belum pernah dapat sambutan sampai seheboh itu," aku Hagi, panggilan akrabnya, kepada Beritasatu.com kala dihubungi, Rabu (16/10).
Nada suara pemain yang akrab dipanggil Hagi itu terdengar jelas semringah. Kami berbincang santai dan diselingi tawa. Jelas ia sedang sangat gembira, sampai-sampai susah mendeskripsikan seperti apa sambutan heboh yang ia maksudkan.
Tak cuma sendiri, bersama Putu Gede, Ravi Murdianto, dan Febly Gushendra diarak saat kembali ke SMA Negeri Khusus Atlet Ragunan. Guru-guru menyambut mereka dengan kebanggaan.
Hagi mengenang masa lalu, menceritakan awal mula ia kenal bola sepak. Ia masih kecil, usia di taman kanak-kanak, kala mulai menendang bola sepak. Di usia 8-9 tahun barulah ia mulai serius dengan masuk ke salah satu sekolah sepakbola.
"Awalnya masuk SSB yang deket rumah, tapi setelah itu pindah ke yang jauh, di Ciputat. 1,5 jam dari rumah di Cengkareng," kenangnya.
Satu-satunya posisi lain yang pernah ia cicipi adalah penyerang, itupun cuma sebentar. Di usia sembilan tahun ia sudah menekuni peran gelandang tengah.
Remaja yang dulu bukan siapa-siapa itu kini dikenal banyak orang. Ribuan orang di Stadion Utama Gelora Bung Karno menjadi saksi cantiknya eksekusi tendangan bebas Hagi ke pojok kanan atas gawang Ronilo Bayan.
Barangkali timbul pertanyaan, seberapa sering ia melatih keterampilan itu?
"Nggak sering bang. Justru saya seringnya latihan passing," ia mengaku. Ada nada tersipu malu dalam kalimatnya.
Tak sering latihan saja sebagus itu, bagaimana jika latihannya sering? Hagi tertawa di ujung telepon.
Hagi mengaku belum terpikir untuk menjadi ahli penendang bebas. Satu yang pasti, ia akan berani maju mengambil tendangan bebas.
Alasan Hagi lebih sering berlatih mengumpan adalah Paul Scholes. Gelandang yang kini sudah gantung sepatu itu merupakan idolanya. Dan sudah pasti, Manchester United adalah klub yang dikaguminya.
Untuk mendekati kemampuan sang idola, remaja kelahiran 24 Juli 1996 itu sadar diri menambah porsi latihan. Antara pukul 12 sampai 13 siang ia menambah porsi latihan mengumpan.
Ia memang cinta dan serius dengan sepakbola. Sejak kecil, ia mengenang, menjadi pesepakbola adalah cita-citanya. Tak terbersit cita-cita khas anak kecil seperti dokter, insinyur, ataupun astronot. Hanya sepakbola saja.
Bulutangkis pun pernah dicicipinya, meski sekedar iseng bermain di kampungnya. Namun meski mengaku cukup jago, tak ada niat untuk serius dengan bulutangkis. Sekali lagi, hanya sepakbola.
"Nggak tahu kenapa, pokoknya kalau main bola itu seneng aja rasanya," kenang pemain bernomor punggung 8 di timnas U-19.
Kini, Hargianto pun meninggikan cita-citanya. Bermain di kompetisi Asia menjadi tujuan selanjutnya. Entah itu di Thailand, Korea Selatan, ataupun Jepang.
Namun, itu nanti. Saat ini, ia siap mengawali langkah dengan bermain di kompetisi lokal. Klub mana? Hagi enggan memberi petunjuk secuilpun.
"Nggak khawatir sama keadaan kompetisi di sini. Saya jalani aja sambil menunggu rejeki (bermain di kompetisi Asia)," Hagi berkata tegas.
Penulis: Shesar Andriawan/YUD


Biodata Muhammad Hargianto :

Nama Lengkap : Muhammad Hargianto
Nama Panggilan : Hagi
Nomor Punggung : 8
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 24 Juli 1996
Posisi : Pemain Tengah
Klub : Diklat Ragunan
Ayah : Sigit Setyawan
Ibu : Sri Arbani Harsanti
Adik : - Muhammad Dimas Hargiharso (Timnas U-16)
           - Diajeng Rahma Hargianti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar