Selasa, 05 Agustus 2014

Pemain Timnas U-19 Peroleh “Kelas Khusus”

YOGYAKARTA, (PRLM).- Pemain Tim Nasional Sepak Bola Usia di bawah 19 Tahun (U-19) yang masuk program studi Pendidikan Kepelatihan Olah Raga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) angkatan 2014 disediakan “kelas khusus” dan asrama.

Rektor UNY Prof Dr Rochmat Wahab MPd, MA menyatakan, kelas dimaksud diikuti oleh 22 pemain tim nasional sepak bola (bukan 23 pemain sebagaimana dijelaskan Pembantu Rektor III Prof Dr Sumaryanto,red/PRLM 4/8/2014).

“Berdasarkan perkembangan dalam internal tim nasional sepakbola U-19, UNY menerima 22 pemain nasional tersebut. Semula diterima 25 pemain nasional, karena pelatih mencoret tiga pemain, maka 22 orang pemain saja yang masuk daftar calon mahasiswa UNY melalui jalur prestasi. Tiga orang yang dicoret dari tim nasional menolak untuk bergabung sebagai mahasiswa regular di UNY,” kata dia saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (5/8/2014).

Para pemain yang masuk daftar calon mahasiswa: Ravi Murdianto, M. Sahrul Kurniawan, Hansamu Yama Pranata, Ryuji Utomo Prabowo, Febly Gushendra, Putu Gede Juni Antara, M. Fatchurochman, Eriyanto, Hargiyanto, Zulfiandi, Evan Dimas Darmono. Kemudian Paulo Oktvianus Sitanggang, Alqomar Tehupelasury, Ichsan Kurniawan, Hendra Sandi Gunawan, Maldini Pali, Dinan Yahdian Javier, Septian David Maulana, Yabes Roni Malaifani, Miftahul Hamdi, Ilham Udin Armaiyn, Muchlis Hadi Ning Syafulloh. “Kami belum tahu apakah semua pemain sudah registrasi atau menunggu mereka selesai melaksanakan pertandingan di Brunai Darussalam,” kata dia. Sesuai jadwal, calon mahasiswa UNY dari jalur prestasi melakukan konfirmasi Senin (4/8/2014).

Menurut dia, tujuan UNY merekrut pemain tim nasional U-19 untuk menyelamatkan masa depan mereka. “Kami ingin mereka menjadi pemain nasional, dan akhirnya menjadi pelatih. Jangan sampai selesai menjadi pemain tidak memiliki keahlian. Jadi, kami merekrut mereka supaya kuliah untuk kepentingan mereka sendiri dan pembibitan pelatih.”

Ahli bimbingan konseling tersebut menyatakan, UNY tidak menjadikan mereka sebagai pemain dalam even olah raga mahasiswa, misalnya, Pekan Olah Raga Mahasiswa Nasional (Pomnas). Sesuai ketentuan Pomnas, pemain nasional tidak boleh menjadi pemain Pomnas.

Adapun ketentuan administrasi sebagai mahasiswa diperlakukan sama seperti mahasiswa prestasi lainnya. Mereka harus memenuhi ketentuan kuliah dan praktik. Yang dibedakan dari segi pertemuan tatap muka di kelas. Jika mereka mengikuti pemusatan latihan atau pertandingan di luar Yogyakarta, kuliah tatap muka diganti dengan metode e-learning atau belajar melalui internet atau bentuk sejenis lainnya. Begitu juga dengan praktik tertentu, misalnya, praktik lari. Karena mereka dalam latihan bersama pelatih melakukan kegiatan yang sama, praktik semacam itu bisa dikonversi sebagai bagian kuliah.

Perlakuan khusus tersebut, menurut dia, tidak berlaku dari segi prestasi akademik. Target kuliah pemain timnas tidak dimaksudkan hanya sebagai penghargaan atas jasa mereka sebagai anak muda yang berprestasi di bidang sepakbola, kuliah dimaksudkan pula untuk mengasah intelektual para pemain. Dengan demikian harus terjadi keseimbangan prestasi praktik dan intelektualitas. “Jika disepakati, kita bisa menerapkan semacam reward and punishmen, jika mereka jelek prestasi akademiknya, maka sanksinya di timnas tidak diturunkan sebagai pemain utama, misalnya,” ujarnya.

Begitu juga dari segi masa studi, seperti halnya mahasiswa lain delapan semester untuk jenjang pendidikan strata satu, maka pemain timnas juga harus selesai dalam waktu yang sama. “Soal biaya kuliah, PSSI memiliki komitmen mendanai. Jika tidak demikian, kami akan mencarikan beasiswa. Atau, jika mereka tetap sebagai pemain nasional, mendapat gaji dari PSSI, kita wajibkan membayar sesuai kemampuan mereka,” kata dia. (Mukhijab/A-147)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar