YOGYAKARTA, (PRLM).- Pemain Tim Nasional Sepak Bola Usia di bawah 19 Tahun (U-19) yang masuk program studi Pendidikan Kepelatihan Olah Raga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) angkatan 2014 disediakan “kelas khusus” dan asrama.
Rektor UNY Prof Dr Rochmat Wahab MPd, MA menyatakan, kelas dimaksud diikuti oleh 22 pemain tim nasional sepak bola (bukan 23 pemain sebagaimana dijelaskan Pembantu Rektor III Prof Dr Sumaryanto,red/PRLM 4/8/2014).
“Berdasarkan perkembangan dalam internal tim nasional sepakbola
U-19, UNY menerima 22 pemain nasional tersebut. Semula diterima 25
pemain nasional, karena pelatih mencoret tiga pemain, maka 22 orang
pemain saja yang masuk daftar calon mahasiswa UNY melalui jalur
prestasi. Tiga orang yang dicoret dari tim nasional menolak untuk
bergabung sebagai mahasiswa regular di UNY,” kata dia saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (5/8/2014).
Para pemain yang masuk daftar calon mahasiswa: Ravi
Murdianto, M. Sahrul Kurniawan, Hansamu Yama Pranata, Ryuji Utomo
Prabowo, Febly Gushendra, Putu Gede Juni Antara, M. Fatchurochman,
Eriyanto, Hargiyanto, Zulfiandi, Evan Dimas Darmono. Kemudian Paulo
Oktvianus Sitanggang, Alqomar Tehupelasury, Ichsan Kurniawan, Hendra
Sandi Gunawan, Maldini Pali, Dinan Yahdian Javier, Septian David
Maulana, Yabes Roni Malaifani, Miftahul Hamdi, Ilham Udin Armaiyn,
Muchlis Hadi Ning Syafulloh. “Kami belum tahu apakah semua pemain sudah
registrasi atau menunggu mereka selesai melaksanakan pertandingan di
Brunai Darussalam,” kata dia. Sesuai jadwal, calon mahasiswa UNY dari
jalur prestasi melakukan konfirmasi Senin (4/8/2014).
Menurut dia, tujuan UNY merekrut pemain tim nasional U-19 untuk
menyelamatkan masa depan mereka. “Kami ingin mereka menjadi pemain
nasional, dan akhirnya menjadi pelatih. Jangan sampai selesai menjadi
pemain tidak memiliki keahlian. Jadi, kami merekrut mereka supaya kuliah
untuk kepentingan mereka sendiri dan pembibitan pelatih.”
Ahli bimbingan konseling tersebut menyatakan, UNY tidak menjadikan
mereka sebagai pemain dalam even olah raga mahasiswa, misalnya, Pekan
Olah Raga Mahasiswa Nasional (Pomnas). Sesuai ketentuan Pomnas, pemain
nasional tidak boleh menjadi pemain Pomnas.
Adapun ketentuan administrasi sebagai mahasiswa diperlakukan sama
seperti mahasiswa prestasi lainnya. Mereka harus memenuhi ketentuan
kuliah dan praktik. Yang dibedakan dari segi pertemuan tatap muka di
kelas. Jika mereka mengikuti pemusatan latihan atau pertandingan di luar
Yogyakarta, kuliah tatap muka diganti dengan metode e-learning atau
belajar melalui internet atau bentuk sejenis lainnya. Begitu juga dengan
praktik tertentu, misalnya, praktik lari. Karena mereka dalam latihan
bersama pelatih melakukan kegiatan yang sama, praktik semacam itu bisa
dikonversi sebagai bagian kuliah.
Perlakuan khusus tersebut, menurut dia, tidak berlaku dari segi
prestasi akademik. Target kuliah pemain timnas tidak dimaksudkan hanya
sebagai penghargaan atas jasa mereka sebagai anak muda yang berprestasi
di bidang sepakbola, kuliah dimaksudkan pula untuk mengasah intelektual
para pemain. Dengan demikian harus terjadi keseimbangan prestasi praktik
dan intelektualitas. “Jika disepakati, kita bisa menerapkan semacam reward
and punishmen, jika mereka jelek prestasi akademiknya, maka sanksinya
di timnas tidak diturunkan sebagai pemain utama, misalnya,” ujarnya.
Begitu juga dari segi masa studi, seperti halnya mahasiswa lain delapan semester untuk jenjang pendidikan
strata satu, maka pemain timnas juga harus selesai dalam waktu yang
sama. “Soal biaya kuliah, PSSI memiliki komitmen mendanai. Jika tidak
demikian, kami akan mencarikan beasiswa. Atau, jika mereka tetap sebagai
pemain nasional, mendapat gaji dari PSSI, kita wajibkan membayar sesuai
kemampuan mereka,” kata dia. (Mukhijab/A-147)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar